Selasa, 15 Oktober 2013

Mystery | White Rose

Permalink gambar yang terpasang

Tittle : Mystery | Ring

Author : Aini Choi

Cast : Park Chanyeol EXO | Park Hyeneul

Rated : (jaga - jaga) M

Genre : Supranatural (bener nggak tulisannya?)

Disclaimer : credit full Aini. Kecuali cast.

***


Seoul Arts Institute (SAI) selalu ramai. Entah itu pagi-siang-sore-malam-subuh, pasti ramai. Baik dia mahasiswa, dosen, atau orang yang sekedar lewat.

Pagi ini SAI lebih ramai dari biasanya. Why? Karena salah satu member EXO, Chanyeol, akan masuk setelah satu bulan cuti kuliah. Menyebabkan gerbang SAI yang biasanya spi menjadi ramai oleh kerumunan para gadis.

Ferrari silver itu akhirnya datang. Para gadis yang tadinya duduk karena lelah mulai berdiri tegak untuk melihat sang pangeran. Dengan kecepatan sedang Ferrari silver itu melewati gerbang SAI. Lalu berhenti, dan keluarlah si pengendara. Park Chanyeol.

Dan tanpa banyak cincong lagi, suara itu mulai terdengar,  membengkakan teling siapa saja.

“AAA~! CHANYEOL OPPA!”

“OPPA , LIHAT AKU!”

“OPPA, AKU FANS BERATMU!!”

“OPPA, TERSENYUMLAH PADAKU!”

Bisa ditebak apakah Chanyeol mendengarnya atau tidak. Dan jawabannya adalah TIDAK.  Saat ini bisa dilihat telinganya tersumpal oleh earphone biru. Matanya berkeliling menikmati pemandangan sekitar –yang penuh wanita-.

***

Kelas Akting, Seoul Art Institute.

Seperti hukum dikelas – kelas lainnya. Jika dosen belum datang kita bebas melakukan apapun. Tak terkecuali kelas yang diisi oleh artis.

Kelas Akting saat ini terlihat kacau. Banyak confetti, pita, tepung, dan balon bertebaran hampir diseluruh penjuru kelas. Semua manusia yang didalamnya berwajah putih sekarang. Karena tersirat oleh tepung.

Chanyeol pun juga. Usut punya usut ternyata mereka sedang merayakan kembalinya Chanyeol setelah cutinya satu bulan dari dunia perkuliahan. Ada – ada saja mahasiswa jaman sekarang.

Chanyeol yang risih akan penampilannya sekarang –putih, tanpa celah– segera lari ke kamar mandi. Tak diharaukannya para gadis yang mencoba menarik perhatiannya. Dalam pikirannya hanya satu, ‘Ganti Baju dan Mandi. Sekarang!’


Hingga dibelokan menuju kamar mandi ia tak lihat ada seorang gadis yang berjalan dengan tenang.  Dan.. –bisa kalian tebak-

Bruuk!


Dua manusia berbeda gender itu jatuh, bertindih, dengan mata terpejam. Si pria diatas dan si gadis dibawah.
“Ah… Berat..” desah seseorang yang dibawah.

Empuk? Apa ini? batin Chanyeol. Dengan pasti dan pelan – pelan Chanyeol mulai membuka matanya. Matanya melebar saat melihat ada seseorang berambut pendek (dia tidak bisa menebak laki – laki atau perempuan) dan tangannya menyentuh sesuatu yang kenyal. Tak lupa mulutnya menganga lebar.

Sedangkan si gadis mulai membuka matanya saat merasa ada yang menekan dadanya. Dengan mata –sedikit- melotot ia bergumam cukup keras, “Kau. Apa kau menyukainya?” Sinis.

Chanyeol yang mendengar gumaman keras itu langsung berdiri dan melihat sekeliling. ‘Huft.. Puji Syukur pada Tuhan, lorong ini sepi.’

“Dan Puji Syukur pada Tuhan, kau berhasil menyentuh area teotrikalku!” Tambah si gadis seraya berdiri dan membersihkan dirinya dari debu.

Dia berjengit kaget ‘darimana dia tahu pikiranku?’ Batinnya.  Apa dia mempunyai telephaty seperti Kai di MV MAMA?

Sedangkan si gadis, berjalan tenang meninggalkan Chanyeol yang maih berdiri kaku dilorong kamar mandi.

***

Lorong Fakultas Seni Peran.

NGIING~

Suara itu datang. Mengganggu perjalanan Hyeneul untuk kembali ke gedung fakultasnya. Ditutup kedua matanya untuk meredam bunyi itu.

Tiba – tiba, terlihat sebuah bayangan seorang pria tertimpa tangga kayu. Dengan kepala yang berlumuran darah, tangan pria itu terulur ke arah gadis berambut pirang. Lalu bayangan itu berganti menjadi bayangan mawar hitam dan putih yang terbakar.

Halmonie! Kau mentrasfer mimpimu lagi! Kau gila! Itu tugasmu, bukan tugaksu! Ya! Pikir Hyeneul mencak – mencak setelah dia sadar bayangan itu transfer mimpi dari Neneknya.

Sakunya bergetar. Dikeluarkannya segera handphone flip putih dari celana jeans hitamnya.

From : Oh Yoon Ju (Halmoeni)


Maafkan aku, sayang.


Kali ini aku benar – benar terpaksa men-transfer-kan mimpiku padamu. Entah mengapa hari ini stan tarot Nenek lebih ramai dari biasanya.


Lagipula ini menyangkut masa depan per-malaikat-anmu. Kau lihat bayangan yang terakhir? Mawar hitam dan putih yang terbakar. Itu artinya kau dan dia akan mati secara bersama. Walaupun beda faktor.

Bantu Nenek, ne?! Ini menyangkut masa depanmu juga! Apa kau mau Nenekmu yang muda ini dihukum ‘Lord Agung’?


Apa? Transfer mimpi lagi? Neneknya memang sudah gila! Apa dia tidak tahu kalau cucu perempuan kesayangannya ini mempunyai banyak tugas ‘manusia’ yang harus diselesaikan. Dan juga tugas ‘malaikat cadangannya’ yang belum selesai.

Tunggu dulu.. apa tadi, mawar putih terbakar? Mati maksudnya? Batin Hyeneul.

Setelah sadar akan maksud dari mawar putih yang terbakar. Hyeneul mulai bergerutu tidak jelas. “Apa? Aku akan mati jika tidak menolongnya? Damn it! Dia yang celaka, aku juga kena imbasnya? What the?”

“Fuck!”

Hyeneul memutar kepalanya kaget. Mencari seseorang yang melanjutkan perkataannya. Matanya menyipit dan mundur beberapa langkah. Berusaha menghindari orang tersebut.

“Kau baru saja mendapat transfer mimpi bukan?” Tanya orang tersebut seraya melangkah mendekati Hyeneul.
Hyeneul yang merasa terdesak mulai mundur perlahan – lahan dengan mengepalkan tangan kirinya. “Kau..”

“Ne. Chagiya.. Lama tak jumpa! Ini aku Sehun-mu.”

“A-apa?” Hyeneul tergagap saat melihat seseorang itu yang sekarang telah berdiri dihadapannya. Lima sentimeter dari wajahnya.

“Kau tak mengingatku? Jinja!” Seseorang itu, Sehun, mulai mendekati leher putih Hyeneul dan menghembuskan nafasnya. Membuat wajahnya memerah.

Deg!

Sakit. Amat sakit. Hyeneul merasakan sakit disekitar dada dan lehernya. Seperti ada sesuatu yang mengingatkannya, kalau dia bukan milik orang itu.

“Ma-maaf. Aku benar – benar minta maaf.” Hyeneul mendorong Sehun, agar menjauh dari tubuhnya. “Mungkin kau salah mengenali orang.” Lanjutnya seraya berlari meninggalkan seorang Oh Sehun yang menyeringai kearahnya.

“Aku tahu itu kau, Chagiya.”

***

Kamar Mandi Fakultas Seni Peran.

“Aish.. Jinja! Ini benar memalukan. Lebih dari Baekie yang mengompol dicelana.” Chanyeol terlihat rapi. Tidak seperti tadi putih tanpa celah. Dengan celana krem selutut dan kaos kuning bertuliskan ‘Smile Everyday!’. Dia terlihat lebih modis sekarang.

Chanyeol menggerutu sendirian didepan cermin.  “Bagaimana bisa aku menyentuh– Argh! Park Chanyeol! Lupakan kejadian tadi, kau melakukannya saat tidak sadar.” Diremasnya rambut yang sudah tak kriting itu. Tapi benda kenyal itu..

“Forget it! Park Chanyeol, FORGET IT!” Teriaknya pada diri sendiri.

***

Lantai Dua, Gedung Theater, Seoul Arts Institute.

Seorang gadis duduk terdiam menunggu seseorang, disalah satu anak tangga yang menghubungkan lantai satu dan dua. Dikeluarkannya handphone flip dari saku celana jeans hitamnya . Untuk melihat jam berapa sekarang. “Empat belas kosong kosong. Dan dia belum keluar dari ruangan itu. Gila.” Gumamnya.

Bosan menunggu ia keluarkan kalung yang selama ini ia kenakan. Kalung itu berbandul sebuah cincin. Lalu dilepasnya bandul cincin itu dari rantai kalungnya.

“Eh.. cocok!” Serunya tenang saat memasangkkan cincin itu dijari telunjuknya. Dipandanginya terus jarinya yang berhias cincin silver bergaris hitam.

Brak!

Terdengar bunyi pintu yang didobrak dari luar. “Akhirnya..”

“Mungkin ini pintu tahun sempilan puluhan jadi susah bukanya!”

“Iya! Kaya kakekku aja!”

“Apa hubungannya dengan kakekmu, Bodoh?”

“Ada, Kakekku kan kena osteoporosis jadi susah geraknya. Kaya pintu ini”

“Makanya minum Anlene!”

“Hahahahaha..”

Gerombolan mahasiswa seni peran itu berlalu. Melewati gadis itu begitu saja. Sedangkan si gadis memperhatikan satu persatu mahasiswa tersebut. Mencari targetnya. “Ma-af, mengganggu. Kalian lihat pria setinggi seratus delapan puluh sentimeter dengan rambut–“

“Hitam agak klimis? Dengan baju kuning ‘Smile Everyday!’ “ sambung salah satu mahasiswa berambut hitam-kebiruan.

Si gadis hanya mengangguk. “Oh.. Chanyeol, dia masih diruang teater, katanya sih mau meng-improv dengan panggung!”

“Ah ne. Kamsahamnida!” Balas si gadis membungkuk dan gerombolan teman sekelompok Chanyeol itu pun pergi.

***

Ruang Theater 14, Lantai Dua.

“Oh Tuhan. Kumohon padamu, hentikanlah kekeringan ini.” Seorang pria terlihat berdoa dengan penuh penghayatan. Sampai tak sadar ada orang lain yang memandangnya sinis dari atas. Seorang gadis berambut pirang.

Brak!

Tiba – tiba pintu terbuka memunculkan seorang gadis yang tadi duduk termenung dianak tangga, Hyeneul. “Lanjutkan penghayatan konyolmu itu! Anggap aku rerumputan.”

“K-kau?”

“Apa perlu aku mengulanginya lagi?”

“Kumohon. Ini demi kepentingan seluruh hambamu, Tuhan.” Si pria kembali melanjutkan naskahnya. Sedangkan wanita pirang diatas mulai menyejajarkan posisi berdiri dengan si pria dari atas. Dikeluarkannya pot bunga kaktus yang berukuran lumayan besar dari tas kotaknya.

Hyeneul yang masih pada posisi berdiri diambang pintu melihat gelagat gadis pirang tersebut dari bawah. Kaget saat sebuah pot bunga meluncur jatuh-

Whus

Tak ada angin dan tak ada sayap. Sekarang Hyeneul berdiri tepat dihadapan si pria. Mendorongnya kebelakang, menghindari pot kaktus yang jatuh dari atas.

Prak!

Pot itu pecah berkeping – keeping. Menyisakan sebunga kaktus berwarna kuning dan pink. Sosok gadis berambut pirang itu memudar, meninggalkan debu tak kasat mata. Pertanda misinya telah gagal. Ironis.

Sedangkan dua manusia yang saat ini sedang berpelukan hanya bisa menatap kaget (kecuali Hyeneul) pot bunga dihadapan mereka. “Mana jimatmu?” Tanya Hyeneul to the point.

“N-ne?” Pria itu menjawab gagap dan shock.

“Sekali lagi mana jimatmu?” Ulang Hyeneul seraya melepaskan pelukannya pada si pria. “A-aku hampir m-mati?” Jawab si pria melenceng.

“Hey! Black Rose!? Are you okay?” Ada sedikit nada khawatir dikata – kata Hyeneul.

Bruk. Pria itu jatuh terduduk. “Ha..Ha.. Aku hampir m-mati. Hiks.. Hiks..” Dengan tersenyum getir.

Alisnya terangkat saat melihat seorang pria menangis hanya karena hampir tertimpa pot.  Seperti anak kecil yang takut akan monster. Hyeneul yang sedikit tersentil hatinya saat melihat pria itu menangis, langsung mendekati pria itu, Black Rose. “Hey! Black Rose, kau tidak apa – apa kan?” Tanyanya sambil berjongkok dihadapan Black Rose.

Tiba -  tiba dalam waktu tak terhitung. Kepala black rose telah tertelungkup dilehernya. Dan  juga tangan yang melingkar dipinggang Hyeneul.

Ada rasa nyaman dihati Hyeneul. Tidak seperti pelukan yang sebelumnya, dengan pria bernama Sehun. Pelukan dan nafas ini terasa hangat. Dan dirindukan olehnya, seakan – akan ia pernah merasakannya dahulu.

Next Story : Dream

Tidak ada komentar:

Posting Komentar